Tragedi Korakuen Hall, Jepang Bergerak Cepat Demi Keselamatan Petinju
iNews Combat Sports – Dunia tinju Jepang baru saja diguncang kabar duka. Dalam satu malam, dua petinju — Shigetoshi Kotari dan Hiromasa Urakawa — meninggal dunia akibat cedera kepala fatal. Kejadian ini berlangsung pada 2 Agustus 2025 di Korakuen Hall, Tokyo, dan langsung memicu reaksi cepat dari otoritas tinju.
Kotari, peringkat kelima kelas super bulu Oriental Pacific, tumbang setelah duel sengit melawan Yamato Hata di partai utama. Sementara itu, Urakawa — peringkat keempat kelas ringan Jepang — mengalami nasib serupa di laga undercard. Keduanya sempat menjalani operasi kraniotomi darurat. Namun, nyawa mereka tak tertolong meski mendapat perawatan intensif.
Rapat Darurat: Empat Langkah Keselamatan Disepakati
Sepuluh hari setelah tragedi, Japan Professional Boxing Association (JPBA) dan Japan Boxing Commission (JBC) mengadakan rapat darurat di Bunkyo Ward, Tokyo. Dari pertemuan itu, lahirlah empat langkah penting demi mencegah insiden serupa:
- Ambulans Siaga di Semua Laga
Tak lagi hanya di pertandingan kejuaraan dunia. Kini, setiap event tinju profesional di Jepang wajib menyediakan ambulans yang siaga penuh di lokasi. - Perluasan Rumah Sakit Mitra
Jumlah rumah sakit yang sanggup melakukan operasi darurat untuk cedera kepala akan ditambah, agar penanganan medis berlangsung lebih cepat. - Tes Hidrasi Wajib
JPBA mengadopsi tes hidrasi seperti ONE Championship. Pemeriksaan dilakukan melalui berat jenis urine. Petinju yang gagal tes akan langsung didiskualifikasi. - Pengumpulan Data Penurunan Berat Badan
Data penurunan berat badan setiap petinju akan dikumpulkan. Tujuannya untuk mendeteksi pola berisiko dan mencegah pemotongan berat badan ekstrem.
Keselamatan Jadi Prioritas Utama
Sekretaris Jenderal JBC, Tsuyoshi Yasukawa, menegaskan belum ada bukti pasti yang menghubungkan dehidrasi dengan kematian kedua petinju. Meski begitu, langkah pencegahan harus tetap diambil.
“Kalau hubungan kausalnya jelas, tentu lebih mudah. Untuk saat ini, kami fokus melakukan apa yang bisa demi masa depan,” ujarnya.
Reformasi ini menjadi salah satu perubahan protokol keselamatan terbesar dalam sejarah tinju Jepang. Sementara itu, Yamato Hata — lawan Kotari di ring — masih dalam kondisi kritis. Seluruh dunia tinju berharap ia mampu bertahan.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa di atas ring, setiap detik penanganan cedera dapat menentukan hidup atau mati.