Inews Combat Sports – Ketertarikan Francis Ngannou untuk kemungkinan menghadapi Jon Jones di ajang UFC White House sontak memicu spekulasi luas di kalangan penggemar MMA. Banyak yang menilai pernyataan itu sebagai sinyal penyesalan atas keputusannya meninggalkan UFC. Apalagi, Ngannou rela melepas sabuk juara kelas berat demi kebebasan sebagai petarung independen. Namun, di balik wacana tersebut, terselip kisah tentang pilihan karier yang jauh lebih kompleks daripada sekadar duel impian. Dalam dunia pertarungan profesional, keputusan besar sering kali lahir dari perpaduan ambisi, prinsip, dan keberanian mengambil risiko. Oleh karena itu, ketertarikan Ngannou terhadap Jon Jones tidak serta-merta berarti ia ingin kembali ke masa lalu. Justru, pernyataan itu membuka ruang diskusi tentang apa arti kemenangan sejati bagi seorang petarung.
Matt Brown Melihat Naluri Kompetitor, Bukan Penyesalan
Mantan petarung UFC, Matt Brown, memandang situasi ini dari sudut pandang yang berbeda. Menurutnya, apa yang ditunjukkan Ngannou bukanlah penyesalan, melainkan naluri alami seorang kompetitor sejati. Brown menegaskan bahwa petarung kelas dunia selalu ingin menguji diri melawan yang terbaik. Oleh sebab itu, keinginan menghadapi Jon Jones lebih mencerminkan ambisi olahraga, bukan keraguan terhadap pilihan hidup. Brown percaya, seorang atlet bisa saja merasa penasaran dengan peluang yang belum terwujud tanpa harus menyesali keputusan besar yang telah diambil. Dalam konteks ini, Ngannou tetaplah petarung yang lapar tantangan, meski jalur kariernya telah bergeser. Dengan kata lain, keinginan bertarung dan kepuasan hidup adalah dua hal yang tidak selalu berjalan seiring.
“Baca Juga : Gaethje vs Pimblett: Duel Seru di UFC 324 yang Tak Boleh Dilewatkan“
Kemenangan Finansial yang Sulit Dibantah
Dari sisi prizefighting, Matt Brown menilai Ngannou sudah menang telak. Ia menyebut penghasilan Ngannou dari satu laga tinju bahkan melampaui total pendapatan banyak legenda UFC sepanjang karier mereka. Pertarungan melawan Tyson Fury dan Anthony Joshua menjadi titik balik finansial yang mengubah hidup Ngannou secara drastis. Meski kalah secara hasil, nilai kontrak dan eksposur global yang didapatkannya hampir mustahil diraih di UFC. Oleh karena itu, Brown sulit membayangkan adanya penyesalan serius. Dalam realitas olahraga profesional modern, keamanan finansial jangka panjang menjadi faktor krusial. Ngannou tidak hanya bertarung untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan keluarganya. Dari perspektif ini, keputusan meninggalkan UFC justru terlihat sebagai langkah strategis yang sangat berani.
Warisan Olahraga yang Masih Mengganjal
Meski demikian, Brown mengakui ada satu hal yang mungkin masih mengusik pikiran Ngannou, yakni soal warisan olahraga. Sebagai petarung, pengakuan sebagai yang terbaik sering kali lebih bermakna daripada saldo rekening. Pertarungan melawan Jon Jones dianggap sebagai puncak legitimasi bagi kelas berat MMA. Tanpa laga tersebut, selalu ada pertanyaan “bagaimana jika” yang menggantung. Namun, Brown menilai perasaan ini lebih tepat disebut kerinduan kompetitif, bukan penyesalan hidup. Ngannou bisa saja memikirkan skenario ideal itu sambil tetap menikmati hasil jerih payahnya. Dalam dunia nyata, tidak semua mimpi harus terwujud agar seseorang merasa sukses. Terkadang, menerima keterbatasan adalah bagian dari kedewasaan seorang juara.
“Baca Juga : Merab Dvalishvili mempertahankan gelar juara kelas bantamnya melawan Petr Yan“
Pilihan di PFL dan Dunia Tinju
Dengan kontrak PFL yang hampir berakhir, masa depan Ngannou kembali menjadi tanda tanya. Ia berpeluang menghadapi juara kelas berat PFL atau kembali menjajal tinju melawan nama besar lain seperti Deontay Wilder. Secara finansial, opsi-opsi ini tetap sangat menggiurkan. Namun, secara prestasi, laga-laga tersebut mungkin tidak menambah banyak nilai historis. Inilah dilema klasik petarung di usia senja karier: memilih makna atau manfaat. Brown melihat Ngannou sedang berada di persimpangan itu. Meski waktu tidak lagi berpihak, tubuh dan semangatnya masih kompetitif. Karena itu, setiap langkah ke depan akan sangat menentukan bagaimana publik mengingat namanya di masa mendatang.
Menang dalam Prizefighting, Menang dalam Kehidupan
Bagi Matt Brown, definisi kemenangan Ngannou sudah jelas. Dalam dunia prizefighting, ia telah mendapatkan “hadiah” terbesar yang bisa diraih seorang petarung. Kekayaan yang cukup untuk generasi berikutnya memberi kebebasan memilih jalan hidup tanpa tekanan finansial. Brown menilai, mencari makna hidup jauh lebih mudah ketika kebutuhan dasar telah terpenuhi. Oleh sebab itu, jika Ngannou kini bertanya tentang apa yang benar-benar membahagiakannya, itu adalah proses yang wajar. Ia tetap seorang petarung di hati, tetapi tidak lagi terikat pada satu organisasi. Dalam gambaran besar, Ngannou mungkin kehilangan beberapa peluang sejarah, namun ia memenangkan sesuatu yang jauh lebih langka: kendali penuh atas hidup dan masa depannya.