Inews Combat Spoerts – Arman Tsarukyan kembali memantik perhatian dunia MMA setelah tampil gemilang di UFC Qatar. Ia menundukkan Dan Hooker lewat submission pada ronde kedua, kemenangan kelimanya secara beruntun sekaligus bukti konsistensi di kelas ringan. Namun, alih-alih mendapat peluang gelar yang ia incar sejak lama, Tsarukyan justru menerima kabar yang mengecewakan. Keputusan UFC yang memilih mempertandingkan Justin Gaethje dan Paddy Pimblett untuk gelar interim membuatnya merasa frustasi. Perubahan arah ini membuat kemenangannya terasa abu-abu. Dengan rekam jejak sepuluh kemenangan dalam sebelas pertarungan terakhir, Tsarukyan hanya bisa bertanya-tanya apa lagi yang harus ia lakukan untuk mendapatkan tempat yang seharusnya sudah ia menangkan di dalam oktagon.
Kekecewaan yang Tumpah di Media Sosial
Tak lama setelah kabar itu diumumkan, Tsarukyan menulis pesan singkat namun sarat emosi: “Make it make sense,” disertai emoji facepalm. Kalimat itu mencerminkan rasa bingung dan kecewa yang memuncak setelah keputusan UFC tersebut. Para penggemar yang mengikuti perjalanan kariernya memahami mengapa ia bereaksi demikian. Selama ini, Tsarukyan selalu tampil agresif, terukur, dan konsisten. Ia tidak sekadar menang, tetapi juga menunjukkan kemampuan teknik dan fisik yang menjadikannya salah satu contender paling solid di kelas ringan. Namun, ketika peluang besar itu justru jatuh ke tangan Gaethje dan Pimblett, banyak pendukung merasa Tsarukyan layak mendapat penjelasan lebih. Pesannya menjadi suara yang menggema dari seorang petarung yang merasa usahanya belum dihargai dengan pantas.
“Baca Juga : Persija vs PSIM: Malam Emosional di GBK untuk Ulang Tahun ke-97“
Situasi Juara yang Ikut Menambah Kerumitan
Kondisi semakin rumit setelah sang juara bertahan, Ilia Topuria, absen sementara karena urusan pribadi. UFC kemudian mengambil jalur cepat dengan membuat gelar interim agar divisi tetap berjalan. Pilihan UFC jatuh kepada Gaethje dan Pimblett, yang dinilai lebih menarik dari sisi promosi. Sementara itu, Tsarukyan harus menunggu tanpa kepastian. Konteks ini membuat rasa frustrasinya dapat dimengerti. Ia sudah berada di peringkat satu, sudah menembus daftar elit, dan kini harus menunggu jalan yang semakin panjang untuk bertemu sang juara. Bagi seorang atlet yang sedang berada dalam performa terbaik, waktu terasa sangat berharga. Dan ketika waktu itu direbut oleh dinamika bisnis, kekecewaan seperti yang dirasakan Tsarukyan menjadi sesuatu yang sangat manusiawi.
Jejak Kontroversi yang Masih Membayangi
Tidak dapat dipungkiri, UFC kerap mengingat tidak hanya kemenangan, tetapi juga momen kontroversial. Tsarukyan sendiri pernah mendapat sorotan negatif, terutama ketika ia harus mundur dari pertarungan perebutan gelar melawan Islam Makhachev hanya dua hari sebelum UFC 311 akibat cedera punggung. Situasi tersebut membuat Dana White tidak senang dan sempat mengkritiknya secara terbuka. Insiden headbutt pada Dan Hooker saat faceoff di UFC Qatar juga menambah daftar catatan buruk yang mungkin memengaruhi keputusan matchmaker. Meski aksi di oktagon menjadi faktor utama, citra dan hubungan dengan organisasi kerap memainkan peran tersendiri dalam menentukan arah karier. Tanpa bermaksud mengabaikan prestasinya, Tsarukyan tampaknya masih berhadapan dengan konsekuensi dari masa lalu yang belum benar-benar hilang.
“Baca Juga : Tekanan Arne Slot Memuncak Saat Liverpool Terpuruk di Anfield“
Divisi Ringan yang Penuh Ketegangan dan Politik
Kelas ringan UFC selalu menjadi salah satu divisi paling padat talenta dan penuh drama. Setiap keputusan promotor sering memicu perdebatan, terlebih ketika melibatkan petarung yang sedang naik daun seperti Tsarukyan. Pertarungan Gaethje vs. Pimblett jelas menawarkan daya tarik komersial, tetapi tidak semua penggemar setuju bahwa duel itu adalah penentu yang paling sah. Tsarukyan, dengan profilnya yang kuat secara teknik, sering dianggap sebagai ancaman besar bagi siapa pun di puncak klasemen. Namun UFC, sebagai industri hiburan, juga mempertimbangkan elemen lain seperti popularitas dan penjualan tiket. Kombinasi faktor ini menciptakan ketegangan antara indera sportif dan realita bisnis, dan Tsarukyan berada tepat di tengah-tengahnya.
Menunggu Kepastian di Tengah Ketidakpastian Karier
Kini, masa depan Tsarukyan bergantung pada hasil pertarungan Gaethje melawan Pimblett dan jadwal kembalinya Ilia Topuria. Sementara dunia MMA terus bergerak, Tsarukyan harus berlatih dan menjaga momentum sambil menunggu apa yang akan terjadi. Situasi ini menguji kesabaran dan fokusnya sebagai seorang petarung yang sedang berada di puncak performa. Banyak penggemar percaya bahwa jalannya menuju gelar hanya tertunda, bukan terhenti. Namun bagi Tsarukyan, menunggu tanpa kejelasan dapat terasa seperti pertarungan tersendiri pertarungan melawan waktu, keraguan, dan keputusan yang berada di luar kendalinya. Meski begitu, sejarah UFC menunjukkan bahwa kesempatan besar sering datang kepada mereka yang tetap bertahan dan siap ketika pintu kembali terbuka.