
Inews Combat Sport – Ajang UFC 321 yang digelar di Abu Dhabi akhir pekan ini seharusnya menjadi salah satu momen besar dalam kalender mixed martial arts (MMA) dunia. Namun, komentator dan analis UFC, Din Thomas, justru menilai duel antara Mackenzie Dern dan Virna Jandiroba di partai co-main event terasa “tidak signifikan.”
Menurutnya, laga perebutan sabuk kelas terbang wanita yang ditinggalkan Zhang Weili ini tidak memiliki daya tarik yang cukup untuk memancing antusiasme penggemar. Dalam podcast On Paper bersama Anthony Smith, Thomas mengatakan dengan nada jujur namun tetap menghormati kedua petarung bahwa hampir tidak ada yang benar-benar peduli dengan duel ini.
Din Thomas dengan lantang menyebut duel tersebut sebagai salah satu pertarungan gelar “paling tidak berarti” dalam beberapa tahun terakhir. “Saya katakan ini dengan segala hormat,” ujarnya. “Tapi apakah pernah ada laga perebutan gelar yang lebih tidak signifikan? Tidak ada yang tampak benar-benar peduli.”
Pandangan tersebut bukan hanya miliknya sendiri. Anthony Smith, mantan penantang gelar kelas berat ringan UFC, turut mengamini pernyataan Thomas. Ia bahkan menambahkan bahwa kemenangan Virna Jandiroba bisa menjadi “mimpi buruk pemasaran” bagi UFC karena daya tarik komersial yang dianggap minim.
“Baca Juga : Liverpool Memasuki Era Sulit di Bawah Arne Slot: Waktunya Revolusi Lini Belakang“
Salah satu alasan mengapa laga ini terasa hambar adalah karena masih ada bayang-bayang Zhang Weili, mantan juara yang begitu dominan di divisi tersebut. Nama besar Zhang menciptakan ekspektasi tinggi, sementara pertandingan antara Dern dan Jandiroba belum mampu mengisi kekosongan itu.
Dari sisi promosi, UFC menghadapi tantangan besar untuk membangun narasi menarik di sekitar dua petarung ini. Bagi Thomas, meski keduanya memiliki kemampuan teknis yang luar biasa, duel tersebut tampak lebih seperti formalitas untuk menentukan juara baru daripada sebuah laga monumental.
Kedua petarung ini bukan kali pertama saling berhadapan. Pada tahun 2020, Mackenzie Dern berhasil mengalahkan Virna Jandiroba melalui keputusan mutlak. Pertemuan tersebut menunjukkan keunggulan Dern dalam hal kecepatan, grappling, dan kontrol pertandingan.
Thomas meyakini hasil serupa akan terulang di UFC 321. “Jika kita melihat performa Dern, dia punya potensi besar yang belum sepenuhnya ia tunjukkan. Ia seperti Kevin Holland punya kemampuan luar biasa tapi kadang tak terlihat serius di oktagon,” ujarnya dengan nada analitis.
“Baca Juga : Dua Sisi Cristiano Ronaldo Terlihat Saat Al Nassr 5‑1 Al Fateh“
Din Thomas menilai Mackenzie Dern memiliki semua elemen yang dibutuhkan untuk menjadi juara sejati. “Dia memukul sekeras siapa pun di divisinya, bergulat sebaik siapa pun, dan punya stamina yang luar biasa,” ujarnya. Namun, Thomas juga mengkritik konsistensi Dern yang sering kali tampak tidak fokus.
Sebagai seorang petarung yang lahir dari keluarga jiu-jitsu dan tumbuh dalam dunia bela diri, Dern memiliki latar belakang kuat. Tetapi, menurut Thomas, kesuksesan sejati hanya bisa datang jika ia mulai menempatkan keseriusan di atas bakat alamiahnya.
Dari sudut pandang saya sebagai pengamat MMA, komentar Din Thomas memang terdengar keras, namun ada kebenaran di dalamnya. UFC 321 menghadirkan duel penting secara struktural, tetapi secara emosional dan promosi, pertandingan ini kurang menggugah. Penonton UFC terbiasa dengan drama, rivalitas, dan karakter besar yang membangun hype sesuatu yang belum terlihat antara Dern dan Jandiroba.
Namun di sisi lain, laga ini bisa menjadi peluang emas bagi Mackenzie Dern untuk membungkam kritik. Jika ia mampu tampil dominan, kemenangan di Abu Dhabi bisa menjadi momentum kebangkitan kariernya dan membuka jalan menuju status superstar sejati.
Meski disebut “tidak signifikan” oleh Din Thomas, duel Mackenzie Dern vs Virna Jandiroba tetap memiliki arti penting bagi UFC. Pertandingan ini bukan hanya soal sabuk juara yang kosong, tetapi juga soal reputasi, arah karier, dan masa depan dua petarung wanita yang sedang berjuang untuk pengakuan.
Dalam dunia olahraga tarung, kadang bukan hype yang menentukan nilai sebuah laga, melainkan hasil dan pesan yang ditinggalkan setelahnya. Jika Mackenzie Dern mampu membuktikan dirinya layak menyandang sabuk, maka pertandingan yang kini diremehkan bisa saja dikenang sebagai titik balik menuju kejayaan baru.