Fakta Terbaru Pencalonan Conor McGregor Sebagai Presiden Irlandia Tahun 2025
iNews Combat Sports – Conor McGregor mengejutkan publik Irlandia dan dunia ketika menyatakan kesiapannya maju sebagai calon Presiden Irlandia. Petarung MMA yang dikenal dengan gaya flamboyan dan kontroversial ini menyampaikan niat politiknya secara terbuka di hadapan Dewan Kota Dublin. Dalam surat yang ditujukan kepada para anggota dewan, McGregor menyebut bahwa ia ingin menciptakan perubahan besar dalam tatanan politik Irlandia dengan menjadi alternatif dari sistem politik tradisional yang menurutnya tidak lagi merepresentasikan rakyat secara utuh.
Untuk resmi menjadi kandidat dalam Pilpres Irlandia 2025, McGregor wajib mengantongi dukungan dari minimal empat dewan lokal atau 20 anggota parlemen. Proses ini bukan perkara mudah, terutama karena belum ada konfirmasi resmi bahwa ia telah mendapatkan jumlah nominasi yang diperlukan. Sejumlah dewan telah mengonfirmasi menerima surat permintaan dari McGregor, namun keputusan akhir masih menunggu hasil rapat. Selain itu, McGregor juga harus siap menghadapi berbagai debat terbuka dan presentasi untuk menjelaskan visinya kepada para anggota dewan.
Pernyataan McGregor memicu beragam reaksi dari publik. Di media sosial, banyak pendukung yang menyambut baik niatnya, menyebut McGregor sebagai simbol kekuatan rakyat. Namun, tak sedikit pula yang meragukan kapasitas dan kredibilitasnya mengingat latar belakangnya yang penuh kontroversi. Beberapa tokoh masyarakat dan politisi secara terang-terangan menyebut McGregor tidak layak menjadi pemimpin negara karena masalah hukum yang pernah dihadapinya, termasuk putusan pengadilan dalam kasus perdata pelecehan seksual dan insiden kekerasan.
McGregor mengklaim bahwa tujuannya mencalonkan diri bukan sekadar popularitas, melainkan ingin benar-benar mengembalikan kekuasaan kepada rakyat. Ia berjanji akan melibatkan masyarakat dalam setiap kebijakan penting dan menolak menandatangani rancangan undang-undang apa pun tanpa persetujuan publik terlebih dahulu. Dalam unggahan di media sosialnya, McGregor menyampaikan pesan bahwa rakyat Irlandia berhak atas suara dan keputusan atas nasib bangsanya sendiri. Visi tersebut menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi generasi muda yang merasa jenuh dengan pola politik konvensional.
Langkah McGregor tak lepas dari bayang-bayang kontroversi. Kasus hukum yang menyeret namanya beberapa tahun lalu masih menjadi catatan hitam di mata sebagian masyarakat. Organisasi sosial seperti Rosa bahkan merencanakan aksi protes menolak pencalonannya. Anggota Dewan John Lyons, misalnya, dengan tegas menyatakan bahwa McGregor bukan sosok panutan yang layak dijadikan presiden. Dengan rekam jejak yang demikian, pertanyaan besar muncul: apakah popularitas di ring cukup untuk membangun kepercayaan di panggung politik nasional?