
Inews Combat Sport – Gable Steveson kembali mencuri perhatian dunia pertarungan, dan kali ini ia melakukannya dengan cara yang spektakuler. Pada ajang DBX 4 di Nashville, pegulat peraih emas Olimpiade itu menunjukkan bahwa ia tidak hanya ahli dalam grappling, tetapi juga memiliki tangan sekeras baja. Hanya dalam 15 detik, Steveson mengakhiri pertarungannya melawan Billy Swanson dengan cara yang membuat arena mendidih dan media sosial meledak. Setelah duel brutal tersebut, Steveson dengan penuh percaya diri mengarahkan mikrofon kepada Mick Maynard untuk menyampaikan satu pesan: ia ingin masuk UFC. Momen itu tidak hanya menunjukkan tekadnya, tetapi juga gambaran jelas bahwa dunia MMA mungkin sedang kedatangan fenomena baru.
Melihat Steveson memasuki arena Dirty Boxing, banyak pengamat sempat bertanya-tanya. Meskipun ia sudah memiliki dasar MMA, pertarungan berbasis pukulan tentu bukan wilayah utama seorang pegulat. Namun kenyataan berbicara berbeda. Dengan langkah percaya diri, ia menyilang ring, menanam jab bersih di wajah Swanson, dan seketika perubahan ritme terjadi. Dalam sepersekian detik, Steveson membaca momentum, lalu melepaskan uppercut mematikan yang mengirim Swanson terjun ke kanvas. Aksinya kemudian diakhiri dengan rangkaian pukulan lanjutan yang membuat wasit Dan Miragliotta langsung menghentikan pertarungan. Performa ini seperti ingin menegaskan satu hal: bakal ada masalah besar di divisi manapun ia masuk nantinya.
“Baca Juga : Arab Saudi Tolak Tawaran Rekrut Lionel Messi Sebelum Piala Dunia 2026“
Sebagai pegulat, Steveson sudah dikenal dengan ledakan tenaga, timing luar biasa, dan kontrol fisik tingkat tinggi. Namun, yang paling mengagumkan dari kemenangan ini adalah betapa cepatnya ia beradaptasi dengan dunia striking. Banyak atlet gulat elite yang membutuhkan waktu panjang untuk mentransfer keahlian mereka ke MMA atau arena pukul-pukulan. Namun Steveson? Ia tampak seperti sudah menempuh ribuan ronde latihan striking. Jab bersih, posisi bahu rapat, dan uppercut yang dieksekusi tepat sasaran membuktikan bahwa ia bukan sekadar pegulat yang mencoba-coba. Ia adalah paket lengkap yang sedang dibentuk untuk level tertinggi.
Setelah kemenangan singkat namun dahsyat itu, Steveson langsung mengarahkan tatapannya ke masa depan tepatnya ke oktagon UFC. Dengan suara tegas, ia memanggil Mick Maynard dan meminta kesempatan bertarung di organisasi MMA terbesar dunia. Langkah ini berani, namun tepat. UFC menyukai atlet dengan prestasi besar, talenta eksplosif, dan kemampuan mencuri perhatian publik. Steveson memiliki semuanya. Menariknya, ia tidak mengemis atau merayu; ia menuntut panggung, sesuai dengan mentalitas seorang juara Olimpiade. Dengan aura seperti ini, jelas ia tidak hanya ingin hadir ia ingin mendominasi.
“Baca Juga : Scott McTominay Tegaskan Bahagia di Napoli, Rumor ke Tottenham Redup“
Tidak bisa dipungkiri, perjalanan Steveson sering dibandingkan dengan sosok-sosok besar seperti Brock Lesnar atau bahkan Kurt Angle. Namun ada satu perbedaan penting: Steveson memulai era dengan latihan sains olahraga modern, teknik MMA mutakhir, dan pendekatan lebih matang sejak awal. Jika Lesnar adalah “monster alami” yang belajar sambil berperang, maka Steveson adalah prototipe generasi baru atlet yang sudah memahami biomekanik, striking, conditioning, dan strategi sejak dini. Dalam dunia yang semakin kompetitif, kombinasi ini bisa menjadi kunci untuk bertahan lama dan mendominasi arena.
Jika UFC akhirnya menyambut Steveson, fans bisa mulai membayangkan nama-nama besar yang mungkin menjadi lawannya. Dari striker brutal hingga grappler tangguh, semua terlihat menarik. Bahkan, bayangan pertarungan blockbuster di masa depan semisal versi modern Lesnar vs “fenomena baru” sudah terdengar menggoda. Yang pasti, setiap langkah Steveson ke depan akan disorot ketat. Dunia sudah melihat kecepatannya meratakan lawan dalam 15 detik. Pertanyaannya sekarang: berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk membuat gelombang lebih besar di MMA?
Kemenangan 15 detik di DBX 4 bukan sekadar highlight viral. Itu adalah pernyataan. Steveson tidak hanya ingin bertanding ia ingin mengambil alih panggung. Dengan percaya diri, kekuatan eksplosif, dan ketenangan seorang juara sejati, ia tampak seperti badai yang sedang membangun momentum. Sekarang, bola ada di tangan UFC. Dan bila pintu oktagon terbuka? Dunia mungkin sedang menyaksikan awal saga baru dalam sejarah MMA.