Inews Combat Sports – Drama antara Jake Paul dan Francis Ngannou kembali memanas setelah Ngannou menolak kesempatan menggantikan Gervonta Davis, yang sebelumnya dijadwalkan melawan Paul pada 14 November. Dalam pernyataannya, Ngannou merasa direndahkan oleh tawaran tersebut dan mengatakan bahwa ia menolak langsung ketika tim Paul mendekat. Penolakan itu memicu balasan dari Jake Paul melalui komentar tertulis yang tidak kalah sengit. Suasana semakin riuh ketika Paul memastikan lawannya kini adalah Anthony Joshua, juara dua kali kelas berat, untuk pertarungan 19 Desember di Miami. Situasi ini membuat publik kembali menyoroti rivalitas Paul dan Ngannou yang tidak pernah benar-benar padam. Aroma ketegangan terasa di udara, dan para penggemar pun dibuat penasaran dengan arah perseteruan ini.
Jake Paul Balas Sindiran dengan Menyebut Ngannou “Mudah Dikalahkan”
Dalam konferensi pers laga Paul vs Joshua, Jake Paul tidak menahan diri saat ditanya mengenai Francis Ngannou. Ia menegaskan ingin membuktikan kualitasnya di atas ring dengan performa “seratus kali lebih baik” daripada Ngannou. Dengan kata-kata yang tajam, Paul menyebut Ngannou sebagai “lelucon” dan “mud stuck,” menggambarkan bahwa kemampuan bertinju mantan juara UFC itu tidak sesuai ekspektasi. Ia menyebut Ngannou sebagai lawan yang sangat mudah jika bertemu di atas ring tinju. Kalimat-kalimat itu bukan sekadar provokasi biasa Paul ingin menyampaikan bahwa penolakan Ngannou bukanlah karena tawaran yang merendahkan, melainkan karena ketidakmampuan menghadapi tantangan tersebut. Penonton pun menilai Paul sedang membangun atmosfer panas sebelum duel besar melawan Joshua.
“Baca Juga : Timur Kapadze Puji Kemajuan Timnas Indonesia: Perjalanan Panjang yang Mulai Berbuah“
Anthony Joshua Ikut Menyudutkan Ngannou
Sebagai sosok yang pernah menumbangkan Ngannou lewat KO brutal pada Maret 2024, Anthony Joshua juga ikut bersuara. Ia menyampaikan bahwa jika Ngannou benar-benar serius ingin membuktikan dirinya sebagai petinju, maka ia seharusnya hadir di atas panggung, bukan sekadar melontarkan pernyataan dari kejauhan. Joshua menekankan pentingnya membuktikan diri melalui aksi, bukan kata-kata. Dengan pengalaman panjangnya, Joshua memahami bahwa dunia tinju menuntut keberanian untuk muncul dan bertarung, bukan bersembunyi di balik alasan. Sentilannya terhadap Ngannou bukan hanya kritik, tetapi juga refleksi dari seorang juara yang sudah menghabiskan hidupnya membuktikan kemampuan di ring. Komentarnya menambah bara pada perdebatan yang sudah memanas ini.
Ngannou Disebut Melewatkan Kesempatan Memulihkan Reputasi
Dalam wawancara lanjutan, Jake Paul kembali menyerang Ngannou dengan menyebut bahwa penolakan itu menunjukkan ketidakmampuan Ngannou membaca peluang emas. Menurut Paul, Ngannou sedang berada di fase menurun akibat berbagai kontroversi dan performa yang tidak stabil selama setahun terakhir. Paul menilai bahwa bertarung dengannya merupakan kesempatan besar untuk memperbaiki citra yang sedang jatuh. Ia bahkan menyindir keterlibatan nama legenda Mike Tyson, menilai bahwa Ngannou tidak pantas mengkritik Tyson yang memilih bertarung melawan Paul. Pernyataan pedas itu membawa emosi tersendiri, terutama bagi penggemar yang mengikuti perjalanan Ngannou sejak di UFC. Paul seolah menantang sifat dasar Ngannou, mempertanyakan keberaniannya sebagai seorang fighter.
“Baca Juga : Moises Caicedo dan Pekan Internasional yang Menguras Tenaga“
Rivalitas yang Tak Kunjung Reda dan Dinamika Besar di Baliknya
Perseteruan Paul dan Ngannou tidak hanya soal tawaran duel, tetapi juga perebutan perhatian publik di dunia tinju hiburan yang terus berkembang. Jake Paul berusaha menegaskan dirinya sebagai entertainer sekaligus petinju yang mampu menciptakan momen besar, sementara Ngannou mencoba menjaga martabat sebagai mantan juara dunia MMA. Ketegangan keduanya menunjukkan bagaimana dunia tinju modern berubah, di mana narasi, rivalitas, dan media sosial memainkan peran yang sama pentingnya dengan pukulan di atas ring. Dengan Joshua kini resmi menjadi lawan Paul, sorotan terhadap drama ini tidak mereda, melainkan terus berkembang. Rivalitas itu mungkin tidak terjadi di atas ring, tetapi jelas meninggalkan jejak emosional bagi para penggemar.