
Inews Combat Sport – Pertarungan utama UFC 321 di Abu Dhabi antara Tom Aspinall dan Ciryl Gane berakhir dengan cara yang mengecewakan. Di ronde pertama, Gane secara tidak sengaja menusuk mata Aspinall, membuat pertandingan dinyatakan no contest. Namun, yang paling marah bukan hanya penonton, melainkan veteran UFC Jim Miller, yang meledak di media sosial pada Minggu (26/10/2025).
Melalui unggahan Instagram-nya, Miller menyebut insiden itu bukan kecelakaan. Ia bahkan menegaskan bahwa tusukan mata dalam MMA seharusnya dihukum berat jika terbukti disengaja. “Eye poking adalah pelanggaran. Kalau dilakukan dengan niat, pelakunya harus didiskualifikasi. Tapi kenapa seolah-olah itu selalu dianggap tidak sengaja?” ujarnya dengan nada frustrasi.
Miller menolak anggapan bahwa tusukan mata terjadi karena desain sarung tangan yang kurang sempurna. Menurutnya, ini adalah masalah budaya dan disiplin bertarung. Ia mengaku pernah mengalami kerusakan permanen pada penglihatannya akibat tusukan mata. Namun, yang membuatnya geram adalah minimnya hukuman untuk pelaku.
“Selama petarung tidak dihukum, hal seperti ini akan terus terjadi. Ini bukan soal perlengkapan, tapi mentalitas para petarung,” tegasnya. Ia menambahkan, jika petarung profesional seperti dirinya bisa menjaga jarak dan kontrol tangan selama hampir 50 pertarungan, maka petarung lain pun seharusnya bisa.
“Baca Juga : Ucapan Lamine Yamal Sebelum El Clasico Jadi Sorotan Usai Kekalahan Barcelona dari Real Madrid“
Selain menyalahkan pelaku, Miller juga mengkritik reaksi publik dan UFC yang justru sering menyalahkan korban. Banyak penggemar, termasuk tokoh besar seperti Dana White, menganggap Aspinall lemah karena memilih tidak melanjutkan pertandingan. Hal ini, menurut Miller, menunjukkan standar ganda dalam dunia MMA.
“Selalu korban yang dianggap pengecut. Bukan pelaku. Aspinall tidak bisa melihat dengan jelas, tapi malah dikritik karena jujur. Ini gila,” katanya. Ia menegaskan, tanggung jawab utama ada pada wasit dan komisi olahraga untuk menegakkan aturan dengan adil.
Dalam pernyataannya, Miller mengajak regulator dan promotor untuk bersikap tegas. Ia menilai, tusukan mata seharusnya langsung dikenai hukuman berat atau diskualifikasi, bukan sekadar peringatan. “Kalau kamu menendang selangkangan, langsung kena penalti. Tapi tusuk mata orang, entah kenapa dibiarkan,” katanya kesal.
Miller bahkan membandingkan hal ini dengan perlindungan yang diterapkan untuk pelanggaran lain seperti tendangan ke arah pangkal paha. “Ada pelindung berkualitas tinggi untuk selangkangan, tapi tidak ada ‘proteksi’ untuk mata. Padahal risikonya jauh lebih parah,” tambahnya.
“Baca Juga : Arne Slot Akui Kekalahan dari Brentford Jadi Hasil Terburuk Liverpool Musim Ini“
Sebagai petarung dengan rekor terbanyak di UFC 46 pertarungan dan 27 kemenangan Jim Miller merasa punya legitimasi moral untuk berbicara. Ia menegaskan, selama 17 tahun kariernya, ia tidak pernah melakukan tusukan mata terhadap lawannya. Menurutnya, jika para petarung veteran seperti dirinya, Frankie Edgar, atau Rafael dos Anjos bisa menghindari pelanggaran, maka tidak ada alasan bagi petarung lain untuk tidak bisa melakukannya.
“Kalau ini murni kecelakaan, maka kami yang paling banyak bertarung seharusnya juga sering melakukannya. Tapi nyatanya tidak. Jadi jelas, ini bukan kecelakaan sialan,” ujarnya lantang.
Dari sudut pandang penulis, ledakan emosi Miller seharusnya menjadi momen refleksi bagi dunia MMA. Selama bertahun-tahun, tusukan mata dianggap insiden kecil, padahal dampaknya bisa permanen. MMA butuh aturan lebih tegas dan mekanisme penegakan yang konsisten.
Jim Miller mungkin berbicara dengan nada marah, tapi substansinya sangat masuk akal. Keamanan petarung harus menjadi prioritas utama. Jika UFC benar ingin menjaga integritas olahraga ini, sudah waktunya mereka mendengarkan suara para veteran seperti Miller bukan hanya demi aturan, tapi demi kemanusiaan di dalam oktagon.