
Inews Combat Sport – Petarung legendaris UFC Kamaru Usman kembali menjadi sorotan jelang UFC 322, di mana Jack Della Maddalena akan mempertahankan sabuk juara kelas welter melawan Islam Makhachev. Usman, yang baru saja dinobatkan oleh Dana White sebagai salah satu GOAT (Greatest of All Time) di kelasnya, kini menatap satu tujuan: merebut kembali gelar juara dunia. Setelah kemenangan dominan atas Joaquin Buckley pada Juni lalu, Usman merasa saatnya kembali ke puncak. “Saya sudah jelaskan, saya ingin sabuk itu kembali. Di situlah tempat saya seharusnya,” ujar Usman penuh keyakinan. Baginya, duel di UFC 322 bukan sekadar tontonan, melainkan titik balik untuk menentukan siapa yang pantas disebut terbaik di dunia.
Usman tak menampik bahwa sempat ada keraguan terhadap kemampuannya setelah kekalahan dari Leon Edwards. Namun, ia menegaskan masa rehat justru membuatnya lebih kuat, baik secara fisik maupun mental. “Banyak yang bilang waktu saya sudah habis, tapi saya buktikan bahwa saya masih bisa bersaing dengan petarung muda,” ucapnya. Kemenangan atas Buckley menjadi pembuktian besar. Lawannya saat itu dikenal berbahaya dengan gaya menyerang agresif, namun Usman mampu mengendalikannya dengan tenang. Ia menilai performa tersebut sebagai pesan kepada seluruh divisi bahwa dirinya belum selesai. Kini, tekadnya tak lain adalah satu: mengembalikan kejayaan dan membuktikan bahwa darah juara masih mengalir di dirinya.
“Baca Juga : Kevin Diks Cetak Gol Bersejarah, Borussia Monchengladbach Bungkam Koln 3-1“
Usman menegaskan dirinya tidak mengejar pertarungan tertentu, melainkan gelar juara itu sendiri. Ia siap menghadapi siapa pun yang keluar sebagai pemenang UFC 322 baik Makhachev maupun Della Maddalena. “Saya tidak memilih. Saya hanya ingin sabuk itu. Siapa pun yang memegangnya setelah Sabtu nanti, dialah yang saya incar,” katanya. Usman menyadari bahwa popularitas dan nama besar bukan satu-satunya faktor. Namun, dengan rekam jejak sebagai juara dominan dan bintang besar UFC, ia tahu dirinya tetap punya daya tarik tersendiri bagi penggemar dan promotor. Setiap kali ia naik oktagon, atmosfer selalu terasa berbeda sebuah bukti bahwa kariernya belum mencapai garis akhir.
Sebagai mantan petarung peringkat satu dunia di kelas pound-for-pound, Usman menilai duel melawan Islam Makhachev bisa menjadi salah satu pertarungan terbesar dalam sejarah UFC. “Bayangkan dua mantan petarung terbaik pound-for-pound saling berhadapan. Itu pertarungan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkapnya. Ia menambahkan, pertarungan melawan Makhachev bukan soal rivalitas pribadi, melainkan murni adu kemampuan terbaik di antara dua juara sejati. Namun, Usman juga tidak menutup kemungkinan menghadapi Jack Della Maddalena, yang mewakili generasi baru UFC. Menurutnya, pertarungan antara “penjaga lama dan darah muda” bisa menjadi kisah menarik bagi penggemar di seluruh dunia.
“Baca Juga : Lamine Yamal Dicoret dari Timnas Spanyol, Ketegangan Barcelona dan RFEF Memuncak“
Meski mengaku tidak memihak, Usman tetap memiliki pandangan tajam mengenai laga UFC 322. Ia menilai banyak orang terlalu meremehkan Della Maddalena, padahal kemampuan striking-nya sangat berbahaya. “Jangan salah, Jack itu petarung berbakat. Tapi Islam punya keunggulan besar dalam grappling,” katanya. Usman percaya pertarungan ini akan berlangsung ketat, namun gaya bertarung Makhachev yang kuat di bawah justru bisa menjadi faktor penentu. Meski begitu, ia tetap menghargai semangat Della Maddalena sebagai juara baru yang berani menerima tantangan besar. “Inilah yang membuat MMA menarik. Tidak ada yang pasti, semua bisa berubah dalam satu serangan,” ujar Usman sambil tersenyum.
Meski sudah lama menjadi bagian dari UFC, Usman tetap menjaga hubungan profesional dengan para petinggi, termasuk Dana White. Ia baru-baru ini berbincang santai dengan CEO UFC itu di podcast-nya, namun tidak secara langsung meminta laga perebutan gelar. “Saya tak perlu memaksakan itu. Semua orang tahu apa yang saya inginkan,” ucapnya dengan nada tenang. Usman percaya, prestasi dan dedikasi panjangnya sudah cukup membuktikan bahwa ia layak berada di puncak lagi. Ia menambahkan, keputusan tetap berada di tangan manajemen UFC, tetapi dirinya siap kapan pun dipanggil untuk bertarung. “Jika kesempatan itu datang, saya akan siap. Karena saya tahu, tempat saya adalah di sana di puncak, sebagai juara dunia,” tegasnya.
Bagi Kamaru Usman, pertarungan bukan hanya tentang sabuk atau uang. Ini tentang warisan, tentang membuktikan bahwa dedikasi dan kerja keras tak pernah sia-sia. Setelah perjalanan panjangnya di UFC, ia ingin menutup karier dengan cara terbaik mendapatkan kembali gelar juara dan menunjukkan bahwa semangat juara sejati tak pernah padam. “Saya menghormati semua lawan saya, tapi tujuan saya tetap sama: sabuk itu,” katanya. Dengan semangat yang tak pernah luntur, Usman siap menatap masa depan dengan kepala tegak. Di usianya yang matang, ia tidak lagi bertarung untuk membuktikan siapa dirinya kepada dunia, melainkan untuk menghormati perjalanan panjangnya sebagai salah satu petarung terbesar dalam sejarah UFC.