Inews Combat Sport – Akhir tahun 2025 menjadi momen penting bagi Manel Kape. Petarung veteran kelas flyweight ini menutup kalender UFC dengan kemenangan spektakuler lewat knockout ronde pertama atas Brandon Royval. Kemenangan tersebut bukan sekadar angka di catatan statistik, melainkan pernyataan keras bahwa dirinya layak berada di barisan terdepan perebutan gelar. Dalam atmosfer oktagon yang penuh tekanan, Kape tampil tenang, presisi, dan mematikan. Transisi dari underdog menjadi penantang utama terasa begitu cepat. Di saat divisi flyweight membutuhkan arah baru, kemenangan ini menjadi tiket emas bagi Kape untuk melangkah lebih jauh. Ia tidak hanya menang, tetapi menang dengan cara yang membekas di benak penggemar dan pengambil keputusan UFC.
Juara Baru dan Situasi Tak Terduga Divisi Flyweight
Joshua Van kini menyandang status juara UFC flyweight dalam situasi yang tidak biasa. Cedera mendadak Alexandre Pantoja memaksa sabuk berpindah tangan, meninggalkan pertanyaan besar tentang siapa penguasa sejati divisi ini. Di tengah ketidakpastian tersebut, UFC dituntut bergerak cepat agar roda kompetisi tetap berjalan. Di sinilah nama Manel Kape muncul sebagai solusi logis. Dengan performa konsisten dan kemenangan beruntun, Kape melihat celah untuk langsung merebut kesempatan emas. Narasi divisi flyweight pun berubah menjadi cerita tentang siapa yang benar-benar pantas memimpin. Transisi kekuasaan ini menciptakan tensi tinggi, sekaligus membuka panggung besar bagi duel yang sarat gengsi dan pembuktian.
“Baca Juga : Anthony Joshua Knocks Out Jake Paul di Ronde 6 dalam Duel Kelas Berat“
Pernyataan Keras yang Mengguncang Publik MMA
Manel Kape dikenal tidak ragu melontarkan kata-kata tajam, dan kali ini Joshua Van menjadi sasaran utamanya. Dalam wawancara terbuka, Kape menyebut Van sebagai “punching bag”, pernyataan yang langsung menyulut perdebatan di kalangan penggemar. Bagi Kape, ini bukan sekadar trash talk, melainkan ekspresi keyakinan penuh terhadap kemampuannya. Ia menggambarkan pertarungan mendatang sebagai duel satu arah, di mana dirinya akan mengendalikan ritme sejak awal. Transisi dari percaya diri ke provokatif terasa jelas, namun justru itulah yang membuat sorotan semakin besar. Di dunia UFC, kata-kata sering kali menjadi bahan bakar emosi, baik bagi petarung maupun penonton.
Gaya Bertarung dan Teori “Styles Make Fights”
Di balik retorika keras, Kape mengandalkan analisis teknis yang cukup masuk akal. Ia dan Joshua Van sama-sama dikenal sebagai striker eksplosif, namun Kape menilai pengalamannya berada satu tingkat di atas. Tiga kemenangan knockout beruntun menjadi bukti bahwa timing dan akurasinya sedang berada di puncak. Menurut Kape, duel ini akan menjadi “beautiful violence”, bukan sekadar adu pukul tanpa arah. Ia menekankan efisiensi, pergerakan kepala, dan kemampuan menghindari serangan sebagai kunci. Transisi ini memperlihatkan bahwa ancamannya tidak berdiri di ruang kosong, melainkan dibangun di atas pemahaman gaya bertarung dan pengalaman panjang di level elite.
“Baca Juga : Dwi Ani Retno Wulan Ukir Sejarah, Raih Emas MMA SEA Games 2025“
Keyakinan Penuh dan Tekanan pada Matchmaker UFC
Kepercayaan diri Kape bahkan meluas hingga menyentuh ranah matchmaker UFC. Ia menyatakan bahwa pihak UFC mungkin akan menyesal jika benar-benar memasangkannya dengan Joshua Van. Pernyataan ini memperkuat narasi bahwa Kape merasa pertarungan tersebut tidak akan kompetitif. Bagi Kape, perbedaan level akan terlihat jelas sejak ronde awal. Tekanan ini secara tidak langsung menempatkan UFC pada posisi sulit. Di satu sisi, laga ini menjanjikan daya tarik besar. Di sisi lain, ekspektasi yang terlalu timpang berpotensi memicu kritik. Namun, justru ketegangan inilah yang sering melahirkan laga ikonik dalam sejarah MMA.
Perburuan Waktu dan Ambisi Awal 2026
Manel Kape tidak ingin menunggu lama. Ia secara terbuka mengusulkan jadwal pertarungan pada awal 2026, bahkan siap bertarung di kandang Joshua Van di Houston. Fleksibilitas ini menunjukkan bahwa fokus utamanya hanya satu: sabuk juara. Baik sebagai main event maupun co-main event, Kape mengaku tidak keberatan. Transisi menuju tahun baru menjadi simbol ambisi baru dalam kariernya. Dengan kalender UFC yang padat dan kebutuhan divisi flyweight akan kepastian, desakan Kape terasa relevan. Kini, semua mata tertuju pada keputusan UFC: apakah mereka akan mewujudkan duel panas ini, atau menunda badai yang sudah terlanjur terbentuk.