
Inews Combat Sport – Ajang UFC 321 yang digelar pada Sabtu malam lalu meninggalkan rasa kecewa mendalam bagi para penggemar. Meski di atas kertas acara ini tampak menjanjikan, hasil akhirnya justru berakhir antiklimaks. Petarung asal Inggris, Paddy Pimblett, bahkan menyebut bahwa ajang ini termasuk “salah satu pay-per-view terburuk dalam sejarah UFC.” Ia menilai rangkaian pertandingan yang diharapkan memberikan hiburan justru berakhir mengecewakan karena insiden yang tidak terduga di partai utama.
Laga utama mempertemukan juara kelas berat Tom Aspinall melawan Ciryl Gane. Pertarungan ini seharusnya menjadi pembuktian pertama Aspinall sebagai juara dunia sejati. Namun, semua berubah saat pertandingan dihentikan akibat cedera mata yang dialami Aspinall setelah terkena tusukan jari dari Gane. Hasilnya, pertarungan dinyatakan no contest, tanpa pemenang. Keputusan itu memicu kekecewaan besar penonton di Etihad Arena yang menyoraki hasil akhir, sementara media sosial dipenuhi kritik tajam terhadap duel tersebut.
“Baca Juga : Ruang Ganti Barcelona Memanas Setelah Kekalahan dari Real Madrid“
Melalui kanal YouTube-nya, Paddy Pimblett mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap hasil dan jalannya acara. “Jika benar berakhir seperti ini, ini akan menjadi salah satu pay-per-view terburuk dalam sejarah UFC,” ujarnya. Ia menilai ekspektasi tinggi penonton justru tidak sebanding dengan kualitas laga yang disajikan. Sebagai petarung yang juga memahami kerasnya dunia oktagon, Pimblett menekankan bahwa momen seperti ini sangat mengecewakan, terlebih ketika laga utama gagal memberikan penyelesaian yang layak.
Meski hasil akhirnya mengecewakan, pertandingan awal UFC 321 sebenarnya cukup menjanjikan. Beberapa duel seperti Valter Walker yang kembali menang lewat kuncian heel hook dan Quillan Salkilld yang menumbangkan Nasrat Haqparast memberi energi positif di awal acara. Bahkan, laga pembuka pay-per-view menampilkan Azamat Murzakanov yang menumbangkan Aleksandar Rakic dengan cepat. Namun, setelah itu tempo menurun drastis terutama saat pertarungan Alexander Volkov vs Jailton Almeida berakhir dengan laga monoton layaknya sesi grappling tanpa agresivitas.
“Baca Juga : Ucapan Lamine Yamal Sebelum El Clasico Jadi Sorotan Usai Kekalahan Barcelona dari Real Madrid“
Menurut Pimblett, beberapa duel seperti Umar Nurmagomedov vs Mario Bautista juga gagal memberikan hiburan. Ia menyebut hanya ada “20 detik seru dari 15 menit pertandingan.” Sementara itu, duel co-main event antara Mackenzie Dern dan Virna Jandiroba relatif lebih baik, namun tak cukup untuk menyelamatkan keseluruhan acara. Ketika akhirnya duel pamungkas Aspinall vs Gane berakhir tragis, banyak penonton merasa malam itu menjadi salah satu pertunjukan UFC paling mengecewakan.
Menariknya, Paddy Pimblett tidak menyalahkan Aspinall yang tidak bisa melanjutkan pertarungan. Ia justru menilai Gane bertanggung jawab karena tusukan jarinya menyebabkan insiden tersebut, meskipun tidak disengaja. “Kalau dia tidak bisa melihat, bagaimana mungkin dia bisa melanjutkan bertarung?” kata Pimblett. Ia juga menyerukan agar UFC segera memperbaiki desain sarung tangan agar kasus serupa tak terulang lagi. Pimblett menilai, pertarungan ulang antara Aspinall dan Gane wajib dilakukan untuk menebus kekecewaan publik dan mengembalikan reputasi UFC sebagai ajang pertarungan terbaik dunia.
Sebagai penggemar dan pengamat, saya melihat kritik Pimblett bukan sekadar emosi sesaat, melainkan refleksi dari rasa cinta terhadap olahraga ini. UFC memang dikenal karena atmosfer dan drama yang tinggi, tetapi ketika kualitas laga menurun, kekecewaan penggemar tak bisa dihindari. UFC 321 menjadi pengingat bahwa dalam olahraga sebesar ini, setiap detail mulai dari perlengkapan hingga kesiapan petarung harus dijaga sempurna. Karena pada akhirnya, para penggemar tidak hanya membayar untuk melihat siapa yang menang, tetapi untuk menikmati pertunjukan yang penuh semangat dan keadilan kompetitif.