
Inews Combat Sport – UFC 322 menjanjikan malam yang penuh adrenalin karena dua juara masing-masing berpeluang naik kelas dan meraih gelar kedua mereka. Islam Makhachev, raja divisi ringan yang kini dianggap sebagai petarung terbaik pound-for-pound, melangkah ke kelas welter untuk menantang Jack Della Maddalena. Di lain sisi, Zhang Weili akhirnya mendapat kesempatan bertarung dengan Valentina Shevchenko, rival yang sama-sama dominan. Pertemuan ini semakin emosional karena keduanya berada di titik puncak karier dan memiliki alasan kuat untuk membuktikan diri. Dari sisi fans, malam ini menjadi ajang harapan, karena momentum dua pertarungan besar bisa menghadirkan sejarah baru ketika dua sang juara mencoba menaklukkan divisi yang lebih berat. Akankah keduanya berhasil? Jawabannya penuh teka-teki.
Peluang keduanya menjadi champ-champ terbilang tinggi, tetapi jalan menuju sabuk kedua sangat tidak mudah. Bagi Makhachev, kenaikan kelas berarti menghadapi lawan yang lebih besar, lebih panjang, dan lebih berat secara natural. Namun, banyak yang percaya bahwa teknik grappling serta kontrol tubuhnya bisa menetralkan keunggulan fisik lawan. Sementara itu, Zhang Weili punya peluang lebih jelas, karena gaya agresif dan kekuatan fisiknya seringkali menjadi faktor pembeda. Meskipun begitu, Valentina Shevchenko adalah legenda yang hampir tak pernah kehilangan konsistensi. Pertarungan keduanya dipenuhi strategi, ketegasan, dan intuisi petarung sejati. Karena itu, peluang keduanya meraih sabuk ganda tetap hidup, meski tak tanpa risiko besar.
“Baca Juga : Carlo Ancelotti: Liga Champions Kini Kehilangan Daya Tarik dan Jiwa Kompetitifnya“
Makhachev dikenal rutin mendominasi lawan-lawannya di kelas ringan, namun pindah ke kelas welter bukan hanya sekadar naik timbangan. Ia harus membuktikan bahwa tekniknya dapat bertahan menghadapi kekuatan Jack Della Maddalena, juara muda yang sedang berada di puncak grafik performa. Banyak analis memandang bahwa gaya serangan Della Maddalena yang tajam dan pergerakan cepat bisa menguji ketahanan fisik Makhachev. Selain itu, usia Makhachev yang sudah memasuki 34 tahun menjadi faktor yang tidak bisa dikesampingkan. Tetapi bila ia tampil solid, ia bisa menutup kritik terhadap reign-nya yang dianggap kurang banyak menghadapi penantang kelas dunia. Momen ini adalah ajang pembuktian apakah ia benar petarung terbaik tanpa tanding.
Pertarungan Zhang Weili melawan Valentina Shevchenko dianggap sebagai laga terbesar dalam sejarah MMA wanita. Keduanya adalah juara dominan di divisi masing-masing, dengan teknik yang lengkap dan pengalaman matang. Shevchenko, meski disebut mulai menurun, masih mempunyai insting juara yang tajam serta pengalaman luas menghadapi striker berbahaya. Sementara Weili membawa kekuatan fisik eksplosif, kecepatan, dan adaptasi yang sangat baik. Pertarungan mereka bukan hanya adu keterampilan, tetapi adu mental dan stamina. Setiap sorotan publik menaruh harapan bahwa duel ini menjadi tolok ukur supremasi kelas wanita. Jika Weili menang, ia bukan hanya menjadi champ-champ, tetapi juga menjadi kandidat petarung wanita terbaik sepanjang masa.
“Baca juga : Sir Alex Ferguson dan Kisah Gagal Membujuk Joe Cole ke Manchester United“
Di luar dua duel utama, ada sorotan besar bagi penantang welterweight lain yang ingin masuk radar perebutan sabuk. Islam Makhachev tentu punya keuntungan terbesar jika menang karena ia akan menjadi juara ganda dan menutup spekulasi tentang kualitas reign-nya di lightweight. Namun, bagi penantang lain seperti Sean Brady atau Michael Morales, malam ini menjadi kesempatan emas untuk menampilkan dominasi. Brady yang siap mengambil risiko besar akan mendapat peluang naik kelas jika mampu mendominasi Morales. Sebaliknya, Morales yang masih sangat muda bisa mencuri perhatian jika berhasil mengalahkan lawan berpengalaman. Dinamika ini membuat kartu UFC 322 terasa penuh intrik dan peluang besar bagi banyak nama.
Pertarungan preliminary di UFC 322 juga menghadirkan duel yang sangat menarik, terutama rematch antara Erin Blanchfield dan Tracy Cortez. Banyak penggemar menilai Blanchfield menang pada pertemuan pertama, namun Cortez kini tampil jauh lebih matang. Pertandingan ini menjadi penentu jalan mereka menuju level berikutnya. Selain itu, duel Malcolm Wellmaker vs Cody Haddon juga mencuri perhatian. Keduanya datang dari latar belakang keras dan penuh ambisi. Wellmaker terkenal karena kekuatan KO, sementara Haddon membawa teknik yang lebih variatif. Laga ini bisa menjadi pembuka pintu bagi nama baru yang berpotensi menjadi bintang. Intensitas mereka menjanjikan duel cepat, agresif, dan taktis.
Bo Nickal kembali mendapat sorotan karena banyak yang masih mempertanyakan kejelasan arah kariernya. UFC tampak ragu menentukan level kompetisi yang cocok untuknya. Pertemuan melawan Rodolfo Vieira menjadi ujian besar apakah hype Nickal masih hidup atau hanya ilusi. Vieira memiliki spesialisasi grappling yang kuat, tetapi Nickal diyakini unggul dalam fisik dan daya ledak. Meski begitu, publik masih bertanya: apakah kemenangan cepat cukup untuk membangun ulang reputasinya? Atau ia butuh pertarungan panjang untuk menunjukkan ketangguhan sejati? Pertarungan ini penting bagi masa depan Nickal dan bagi UFC yang butuh jawaban apakah mereka memiliki bintang besar baru atau hanya sekedar sensasi sementara.