
Inews Combat Sport – Insiden di UFC Vegas 110 kembali memantik perdebatan publik tentang keadilan wasit serta penerapan aturan replay. Pada laga kelas berat tersebut, Ante Delija terlihat hampir memastikan kemenangan atas Waldo Cortes-Acosta lewat rangkaian pukulan brutal di ronde pertama. Bahkan, wasit Mark Smith sudah menghentikan pertarungan seolah Delija menang TKO. Namun, drama langsung terjadi ketika Cortes-Acosta mengklaim dirinya terkena eye poke. Setelah review video, pertarungan dilanjutkan dan secara mengejutkan Delija justru tumbang lewat pukulan telak. Momen ini menjadi salah satu keputusan paling membingungkan dalam sejarah UFC modern, terutama karena proses review dianggap tidak sesuai prosedur.
Sejak detik pertama insiden, banyak pihak mempertanyakan keputusan Mark Smith. Biasanya, jika wasit menghentikan pertarungan tanpa jelas memberi tanda time-out, maka keputusan TKO seharusnya final. Namun kali ini, prosesnya berbeda. Wasit tampak menghentikan duel seperti mengakhiri pertandingan, bukan sekadar menghentikan sementara untuk mengevaluasi pelanggaran. Karenanya, pihak Delija menilai bahwa hasil pertandingan tidak sejalan dengan aturan standard UFC. Situasi ini semakin panas karena video review hanya diperbolehkan jika masih dalam time-out, bukan setelah fight stoppage. Karena pertarungan kembali berlanjut setelah momentum kemenangan Delija hilang, publik menilai adanya kesalahan serius dalam implementasi regulasi.
“Baca Juga : Dominik Szoboszlai Bersinar Saat Liverpool Taklukkan Aston Villa di Anfield“
Delija kemudian merilis lima poin pernyataan tegas melalui Instagram Story. Ia mengungkapkan bahwa ia tidak yakin terjadi eye poke, meminta bukti visual yang jelas, hingga menegaskan bahwa wasit menghentikan pertarungan dengan cara yang mengindikasikan kemenangan dirinya. Menurutnya, lawannya bahkan duduk rileks menonton monitor sambil memulihkan diri, sesuatu yang jelas memberikan keuntungan memulihkan stamina. Ia tidak meminta kemenangan dikembalikan secara instan, hanya minta kejujuran dan konsistensi aturan. Sikap tersebut mencerminkan profesionalisme, namun juga rasa frustrasi mendalam yang logis dari seorang atlet yang merasa dicurangi.
Pertarungan MMA bukan hanya soal fisik tetapi juga mental. Petarung seperti Delija menghabiskan waktu berbulan-bulan mempersiapkan diri, mempelajari lawan, dan menjaga kondisi tubuh. Ketika kemenangan yang sudah di depan mata kemudian terbalik karena faktor eksternal, efek psikologisnya tidak bisa diremehkan. Penggemar MMA juga memahami hal ini bahkan beberapa petarung UFC terkenal merespons dengan dukungan terhadap Delija. Ini menunjukkan bahwa isu ini melampaui sekadar sebuah keputusan wasit; ia menyentuh nilai dasar tentang sportivitas dan transparansi di dunia MMA profesional.
“Baca Juga : Vinicius Junior dan Krisis Pemimpin di Real Madrid Menurut Salva Ballesta“
Insiden ini kembali menyoroti masalah aturan replay dalam UFC. Kasus Delija bukan yang pertama; hanya satu pekan sebelumnya, kontroversi eye poke juga muncul dalam duel Tom Aspinall vs Ciryl Gane. Banyak analis menilai UFC perlu mengevaluasi aturan instant replay agar tidak menjadi celah manipulasi momentum pertandingan. Jika pertandingan dihentikan tanpa tanda time-out, seharusnya keputusan tidak bisa dibalik. Regulasi yang lebih jelas akan menjaga integritas olahraga serta mengurangi polemik yang bisa mencoreng reputasi UFC.
Meski banyak perdebatan, insiden ini secara tidak langsung menunjukkan betapa intensnya atmosfer kompetisi UFC. Publik menuntut transparansi, petarung menuntut keadilan, dan regulator kini berada dalam tekanan untuk memastikan hal serupa tidak terulang. Dunia MMA, yang selalu diselimuti drama tak terduga, kembali menghadirkan storyline besar yang memancing perhatian global. Mungkin ini salah satu paradoks olahraga tarung: penuh kontroversi, tapi justru itu yang membuat jutaan orang tak bisa berhenti menonton.
Pada akhirnya, Delija menutup pernyataannya dengan nada tegas dan penuh integritas: ia tidak takut kalah, namun menolak kemenangan lawan yang menurutnya bertentangan dengan aturan. Ia hanya ingin kejujuran dan konsistensi. Sebagai petarung yang telah melewati puluhan duel, Delija menegaskan bahwa dirinya menghormati setiap hasil yang terjadi secara fair di dalam octagon. Namun kali ini, ia menilai sportivitas telah dilanggar. Publik pun kini menunggu respons UFC dan komisi atlet Nevada, harapannya agar kasus ini tidak hanya jadi sensasi sesaat, tetapi titik balik perbaikan regulasi.