iNews Combat Sports – UFC kembali mencuri perhatian dunia dengan laga emosional yang melibatkan Dustin Poirier. Petarung asal Amerika Serikat ini menjalani pertarungan yang disebut sebagai kemungkinan duel terakhirnya. Dalam laga penuh aksi tersebut, Poirier menunjukkan semangat juang tinggi meski usianya tak lagi muda. Penonton di arena berdiri memberi tepuk tangan panjang. Mereka paham bahwa ini bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah babak akhir dari karier panjang seorang legenda UFC. Selama bertahun-tahun, Poirier dikenal sebagai petarung teknis yang juga emosional. Ia memberi banyak momen ikonik dalam sejarah pertarungan kelas ringan.
Dalam laga ini, Poirier menghadapi lawan yang jauh lebih muda dan kuat. Sejak ronde pertama, tekanan tinggi langsung diberikan lawan. Namun Poirier tetap bertahan dengan teknik bertarung yang disiplin. Ia membalas dengan pukulan cepat dan tendangan rendah akurat. Tak jarang keduanya bertukar pukulan secara brutal di tengah oktagon. Darah mulai terlihat sejak ronde kedua, menambah intensitas laga. Komentator UFC memuji keberanian dan daya tahan Poirier. Meski beberapa kali terdesak, ia selalu berhasil keluar dari tekanan. Pengalaman dan mental kuat menjadi senjata utama sang veteran. Sorakan penonton semakin kencang saat Poirier membalikkan keadaan.
“Baca Juga : Jay Idzes Tak Tertekan Jelang Duel Melawan Australia”
Ketika bel terakhir berbunyi, suasana mendadak hening. Poirier berlutut di tengah oktagon dan menutup wajahnya. Air mata tak bisa ia tahan, begitu pula pelatih dan timnya. Lawannya pun menunjukkan rasa hormat dengan memeluk Poirier erat. Penonton bersorak sambil berdiri sebagai bentuk apresiasi. Kamera menangkap momen ketika Poirier mengangkat tangan ke udara. Ia seolah mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang telah membesarkannya. Dalam wawancara seusai laga, Poirier mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan fans. Ia menyebut pertarungan ini sebagai salah satu momen paling emosional dalam hidupnya. Kata-kata perpisahan itu membuat suasana makin haru.
Dustin Poirier bukan nama sembarangan di dunia MMA. Ia sudah menjalani lebih dari 30 pertarungan profesional di UFC. Beberapa kali ia masuk perebutan sabuk juara kelas ringan. Meski belum pernah jadi juara undisputed, Poirier selalu jadi lawan tangguh. Banyak petarung muda mengaku terinspirasi olehnya. Ia pernah mengalahkan nama-nama besar seperti Conor McGregor dan Justin Gaethje. Selain itu, Poirier juga aktif dalam kegiatan sosial dan filantropi. Yayasan miliknya membantu banyak keluarga kurang mampu. Karier Poirier bukan hanya soal kemenangan, tapi juga integritas. Ia dicintai karena ketulusan dan ketekunan dalam bertarung.
“Simak juga: Germaine de Randamie Akhiri Karier MMA, Ini Alasannya”
Banyak legenda UFC memberi penghormatan kepada Poirier pasca-laga. Daniel Cormier, Khabib Nurmagomedov, dan Nate Diaz ikut menulis pesan khusus. Mereka menyebut Poirier sebagai simbol sportivitas dan semangat juang MMA sejati. Presiden UFC Dana White juga memberikan pujian tinggi. Ia menyebut Poirier sebagai salah satu petarung terbaik yang pernah dimiliki UFC. Media sosial dibanjiri unggahan mengenang momen-momen terbaik Poirier. Video highlight pertarungan dan pidato emosionalnya viral di berbagai platform. Para fans dari seluruh dunia turut memberi ucapan terima kasih. Banyak yang berharap Poirier tetap aktif di UFC sebagai pelatih atau komentator.
Poirier belum mengumumkan secara resmi pensiun dari MMA. Namun gestur dan ucapan terakhirnya mengarah ke perpisahan permanen. Banyak yang meyakini ia akan fokus pada keluarga dan yayasan sosialnya. Di sisi lain, UFC mungkin menawarinya peran di balik layar. Pengalaman dan wawasan Poirier bisa berguna bagi generasi baru petarung. Beberapa pihak juga menyebut kemungkinan Poirier menjadi pelatih atau manajer. Apa pun pilihannya, warisan yang ia tinggalkan tetap berarti besar. Ia bukan hanya petarung hebat, tapi juga panutan dalam dan luar oktagon. Dunia MMA akan terus mengenang nama Dustin Poirier.