Inews Combat Sports – Dunia UFC kembali dipenuhi ketegangan setelah Paddy Pimblett melontarkan pernyataan berani soal masa depan gelar lightweight. Menurut Pimblett, Ilia Topuria bisa dipaksa melepas sabuk juara jika terlalu lama absen dari oktagon. Topuria, yang merebut gelar lewat kemenangan KO atas Charles Oliveira di UFC 317, justru memilih menepi sementara demi urusan pribadi. Keputusan ini memunculkan spekulasi besar, terutama karena UFC dikenal tegas soal aktivitas juara bertahan. Dalam atmosfer kompetitif seperti ini, waktu menjadi musuh terbesar seorang kampiun. Setiap bulan tanpa pertahanan gelar membuka peluang bagi penantang lain untuk naik panggung. Bagi Pimblett, situasi ini bukan sekadar kabar, melainkan peluang nyata yang bisa mengubah arah kariernya secara dramatis.
Pimblett dan Peluang Jadi Juara Tanpa Melawan Topuria
Paddy Pimblett kini berada di jalur emas. Ia dijadwalkan menghadapi Justin Gaethje pada UFC 324 untuk memperebutkan gelar interim lightweight. Pertarungan ini menjadi lebih dari sekadar duel prestise, karena bisa berujung pada status juara tak terbantahkan. Pimblett dengan jujur mengakui bahwa ia hanya fokus pada satu hal: bertarung di oktagon. Namun, ia juga realistis melihat situasi. Jika Topuria tak kembali hingga pertengahan tahun, aturan UFC bisa memaksanya melepas sabuk. Dalam skenario itu, Pimblett berpotensi naik takhta tanpa harus berhadapan langsung dengan rival lamanya. Meski terdengar kontroversial, kemungkinan ini sah secara regulasi. Di mata Pimblett, ini adalah konsekuensi dari dunia MMA yang keras dan tak menunggu siapa pun.
“Baca Juga : Oleksandr Usyk Dapat Izin Voluntary Defense, Persaingan Kelas Berat Makin Memanas“
Rivalitas Lama yang Penuh Bara
Hubungan antara Pimblett dan Topuria jauh dari kata hangat. Rivalitas mereka berakar sejak insiden di sebuah hotel pada UFC London Fight Week 2022, ketika Topuria mendatangi Pimblett secara agresif. Sejak saat itu, adu mulut dan sindiran terus berlanjut, bahkan setelah Topuria menjadi juara. Meski demikian, Pimblett menunjukkan kedewasaan dengan mengakui kualitas lawannya. Ia tak menampik bahwa Topuria berkembang menjadi petarung elite. Pengakuan ini membuat rivalitas mereka terasa lebih manusiawi. Di balik kebencian personal, ada respek profesional yang sulit disangkal. Konflik emosional inilah yang membuat potensi duel mereka begitu dinanti publik. Namun, untuk saat ini, bara rivalitas itu harus menunggu kepastian kapan Topuria kembali ke oktagon.
Urusan Pribadi Topuria dan Sikap Pimblett
Topuria memilih mundur sementara dari sorotan untuk mengurus kehidupan pribadinya. Pimblett, meski dikenal vokal, menunjukkan empati dalam pernyataannya. Ia menegaskan bahwa urusan keluarga bukanlah bahan ejekan. Baginya, kesehatan mental dan stabilitas pribadi seorang petarung sama pentingnya dengan kemenangan. Namun, Pimblett juga memisahkan empati dari profesionalisme. Ia menilai bahwa absennya Topuria tetap membawa konsekuensi kompetitif. Dalam dunia UFC, simpati tak bisa menghentikan roda bisnis dan olahraga. Jadwal terus berjalan, penantang terus bertarung. Sikap Pimblett ini memperlihatkan keseimbangan antara rasa hormat dan ambisi. Ia berharap Topuria baik-baik saja, tetapi juga siap mengambil alih panggung jika kesempatan datang.
“Baca Juga : Jake Paul Tantang Anthony Joshua, Sesumbar Bisa KO Sebelum Ronde Ketujuh“
Siapa Lawan Impian Pimblett Jika Jadi Juara
Menariknya, jika Pimblett benar-benar menjadi juara, ia sudah punya daftar lawan impian. Nama Arman Tsarukyan justru tidak berada di urutan teratas. Pimblett lebih tertarik menghadapi legenda seperti Charles Oliveira atau Max Holloway. Baginya, pertarungan melawan dua nama besar itu lebih bernilai bagi warisan karier. Ia mengagumi gaya bertarung mereka dan melihat duel tersebut sebagai tontonan kelas dunia. Pernyataan ini sekaligus menambah bumbu drama di divisi lightweight. Di tengah persaingan ketat, pilihan lawan juga menjadi pernyataan identitas. Pimblett ingin dikenang bukan hanya sebagai juara, tetapi sebagai petarung yang menghadapi yang terbaik dan menciptakan pertarungan ikonik.
UFC 324 dan Titik Balik Karier Pimblett
Semua mata kini tertuju pada UFC 324 di Las Vegas. Pertarungan Pimblett melawan Justin Gaethje bukan sekadar laga interim, melainkan potensi titik balik karier. Kemenangan akan menempatkannya di posisi strategis, baik untuk unifikasi gelar maupun status juara penuh. Gaethje dikenal sebagai petarung brutal dengan pengalaman segudang, sehingga ujian ini jauh dari mudah. Namun, Pimblett melihatnya sebagai kesempatan emas untuk membuktikan diri. Di tengah ketidakpastian masa depan Topuria, laga ini bisa menjadi momen penentuan arah divisi lightweight. Bagi Pimblett, ini bukan hanya tentang sabuk, melainkan tentang legitimasi, warisan, dan tempatnya dalam sejarah UFC.