News Combat Sports – George Foreman adalah salah satu petinju legendaris yang namanya tetap dikenang hingga kini. Ia dikenal karena kekuatan pukulan yang luar biasa serta comeback luar biasa di usia yang sudah tidak muda. Kariernya penuh dengan kejutan, dari menjadi juara dunia hingga kembali bertinju setelah pensiun.
George Foreman lahir pada tahun 1949 dan mulai menekuni tinju sejak usia remaja. Ia pertama kali mencuri perhatian dunia saat memenangkan medali emas di Olimpiade 1968. Kemenangan ini menjadi awal dari karier profesionalnya di dunia tinju. Setelah beralih ke tinju profesional, Foreman menunjukkan dominasi yang luar biasa. Dengan pukulan keras dan gaya bertarung agresif, ia berhasil meraih kemenangan demi kemenangan. Salah satu pencapaiannya yang paling terkenal adalah saat ia mengalahkan Joe Frazier pada tahun 1973 untuk merebut gelar juara dunia kelas berat.
“Baca Juga : Liana Jojua, Fighter UFC yang Memikat dengan Kecantikannya”
Setelah menjadi juara dunia, Foreman dianggap sebagai petinju yang sulit dikalahkan. Namun, semua berubah ketika ia menghadapi Muhammad Ali dalam pertarungan legendaris “Rumble in the Jungle” pada tahun 1974. Ali menggunakan strategi bertahan yang dikenal sebagai “rope-a-dope” untuk melelahkan Foreman sebelum akhirnya menjatuhkannya di ronde kedelapan. Kekalahan ini sangat mempengaruhi mental Foreman. Ia masih bertarung beberapa kali setelah itu, tetapi performanya tidak lagi sama. Pada tahun 1977, setelah kalah dari Jimmy Young, Foreman secara mengejutkan memutuskan untuk pensiun dari tinju.
Setelah pensiun, Foreman mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Ia menjadi pendeta dan mulai menjalani kehidupan yang jauh dari dunia tinju. Namun, pada akhir 1980-an, ia membuat keputusan yang mengejutkan dunia: kembali bertinju di usia 38 tahun. Banyak yang meragukan kemampuannya untuk bersaing dengan petinju yang lebih muda. Namun, Foreman membuktikan bahwa dirinya masih memiliki kekuatan dan strategi yang bisa membawanya kembali ke puncak. Dengan gaya bertarung yang lebih tenang dan pengalaman yang lebih matang, ia mulai memenangkan pertarungan demi pertarungan.
“Simak juga: PSSI Percayakan Jordi Cruyff Sebagai Technical Advisor Timnas Indonesia “
Puncak dari comeback Foreman terjadi pada tahun 1994 ketika ia menghadapi Michael Moorer untuk memperebutkan gelar juara dunia. Saat itu, Foreman sudah berusia 45 tahun dan dianggap sebagai underdog. Namun, ia membuktikan bahwa usia bukanlah halangan. Dengan satu pukulan kanan yang kuat, Foreman menjatuhkan Moorer dan merebut kembali gelar juara dunia. Kemenangan ini menjadikannya juara dunia kelas berat tertua dalam sejarah tinju. Prestasi ini juga mengukuhkan namanya sebagai salah satu petinju terbesar sepanjang masa.
Setelah mempertahankan gelarnya beberapa kali, Foreman akhirnya pensiun untuk kedua kalinya pada akhir 1990-an. Kali ini, ia benar-benar meninggalkan dunia tinju dan fokus pada bisnis serta kegiatan sosial. Salah satu bisnisnya yang paling sukses adalah George Foreman Grill, alat pemanggang yang menjadi sangat populer di seluruh dunia. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan amal dan terus menginspirasi generasi baru petinju. Hingga kini, nama George Foreman tetap dikenang sebagai salah satu petinju terbaik dalam sejarah. Dari seorang juara muda hingga comeback luar biasa di usia tua, perjalanan kariernya adalah bukti bahwa semangat dan determinasi bisa mengatasi segala rintangan.