Inews Combat Sport – Ikon tinju Mike Tyson, setelah puluhan tahun tak aktif dalam ring profesional elite, kembali berlaga di usia hampir 60 tahun melawan Jake Paul. Kabar ini menggemparkan dunia olahraga. Bagi sebagian orang, itu tampak gila. Tetapi bagi Ronda Rousey, pangaruhnya jauh lebih dalam: ia mengaku ingin kembali ke UFC setelah menyaksikan Tyson beraksi, menyimbolkan bahwa “belum benar‑benar selesai” bukan sekadar slogan bagi atlet sejati.
Rousey, yang pernah mendominasi divisi wanita UFC dengan metode armbar, terakhir bertarung pada 2016. Dua kekalahan beruntun dari Holly Holm dan Amanda Nunes mematahkan kariernya di UFC. Setelah itu, ia menjajal dunia hiburan serta gulat profesional, dan menyatakan akan pensiun dari MMA. Tapi sebenarnya, bagi banyak atlet, masa pensiun sering bukan akhir, melainkan jeda.
“Baca Juga : Patrick Kluivert dan Akhir Cerita Singkat di Timnas Indonesia”
Ketika Tyson turun kembali ke ring di usia lanjut, ia membuktikan bahwa kerinduan dan tekad bisa mendorong atlet melampaui batasan usia. Tyson yang menanggung beban fisik berat namun tetap bertahan delapan ronde, meraup bayaran besar, menunjukkan bahwa formula comeback bukan sekadar soal kondisi itu soal mental dan relevansi. Rousey tampaknya melihat itu sebagai cermin: bila Tyson bisa, kenapa dia tidak?
Tentu saja, kembali ke UFC bukan hal mudah. Usia, cedera masa lalu, dan standar atlet MMA yang semakin tinggi menjadi realitas sulit. Selain itu, persaingan generasi baru di divisi wanita kini lebih cepat, lebih kuat, lebih teknis. Rousey harus memastikan bahwa fisik, taktik, dan mentalnya dipoles lagi agar mampu bersaing, bukan hanya sebagai nostalgia.
“Baca Juga : Alaba Siap Angkat Kaki dari Madrid“
Sinyal ketertarikan Rousey untuk comeback pasti menarik perhatian media dan penggemar. Ada harapan besar bahwa ia bisa kembali berjaya seperti dulu. Namun, risiko juga besar: kegagalan bisa memperburuk citra dan menimbulkan tuduhan mengejar sorotan. Bagi saya, keputusan ini harus matang, bukan impulsif setiap langkah harus diukur antara kehormatan masa lalu dan kenyataan masa kini.
Jika Rousey benar-benar kembali, implikasinya menarik. Ia bukan sekadar atlet, tapi simbol pemberdayaan perempuan dalam olahraga penuh kontak. Kembalinya Rousey dapat memberi inspirasi bagi petarung wanita muda bahwa masa lalu bukan akhir, melainkan fondasi. Tapi lebih dari itu, itu mengingatkan bahwa olahraga adalah cerita panjang dan babak baru bisa dimulai kapan saja.