iNews Combat Sports – Dustin Poirier adalah nama besar dalam dunia mixed martial arts. Kariernya telah berlangsung lebih dari satu dekade di UFC. Para penggemar mengenalnya karena gaya bertarung agresif dan kepribadian rendah hati. Namun, usia dan cedera mulai mengejar. Banyak pihak menduga Poirier akan pensiun dalam waktu dekat. UFC pun dikabarkan tengah menyiapkan pertarungan terakhirnya. Perpisahan ini tidak hanya emosional bagi Poirier, tetapi juga untuk jutaan penggemar setia. Dalam beberapa wawancara, Poirier juga sempat menyatakan ingin waktu lebih untuk keluarga.
Dustin Poirier memulai debut UFC pada tahun 2011. Sejak itu, ia telah bertarung di kelas bulu dan ringan. Poirier dikenal sebagai petarung yang tak pernah mundur dari tantangan. Ia telah menghadapi lawan-lawan tangguh seperti Max Holloway, Conor McGregor, dan Khabib Nurmagomedov. Beberapa pertarungan bahkan masuk daftar klasik UFC. Reputasinya dibangun bukan dari jumlah gelar, melainkan ketangguhan. Banyak rekan petarung menyebut Poirier sebagai simbol semangat sejati. Kariernya adalah cerita tentang dedikasi dan kerja keras.
“Baca Juga : Mkhitaryan Instruksikan Inter Milan untuk Hadapi Lamine Yamal di Leg Kedua”
Kabar rencana pertarungan terakhir Dustin Poirier mulai berhembus awal tahun ini. UFC dikabarkan ingin memberinya lawan sepadan sebagai penghormatan. Nama-nama seperti Justin Gaethje dan Michael Chandler masuk dalam daftar. Dana White selaku presiden UFC ingin momen ini menjadi sejarah. Sebuah perpisahan yang layak untuk legenda seperti Poirier. Jadwal dan lokasi pertarungan masih dirahasiakan. Namun rumor menyebut akan digelar di arena besar, mungkin Las Vegas. Poirier sendiri belum membuat pengumuman resmi, tetapi ia tidak membantah isu tersebut.
Respon komunitas MMA terhadap kabar pensiun ini sangat emosional. Banyak penggemar membanjiri media sosial dengan kenangan terbaik Poirier. Hashtag seperti #ThankYouDustin mulai ramai digunakan di Twitter. Para petarung UFC juga memberikan penghormatan melalui unggahan dan komentar. Mereka mengenang Poirier sebagai sosok yang menginspirasi. Tidak hanya di dalam oktagon, tapi juga lewat kegiatan sosialnya. Ia dikenal aktif dalam kegiatan amal lewat yayasan The Good Fight Foundation. Sosoknya menjadi contoh bagaimana atlet bisa memberikan dampak positif.
“Simak juga: Duel Berdarah: Ginjiro Sakamoto Tumbang dan Harus Dioperasi Otak”
Meski masih kompetitif, Poirier tidak bisa menghindari kenyataan fisik. Usia 35 tahun dan riwayat cedera membuat performa tak lagi maksimal. Dalam beberapa laga terakhir, ia terlihat kelelahan lebih cepat. Bahkan setelah kemenangan, pemulihan butuh waktu lebih lama. Cedera di bagian tulang rusuk dan pergelangan tangan mulai mengganggu. Poirier pernah menyebut bahwa rasa sakit tidak seperti dulu. Ia tidak ingin terus bertarung hanya karena tuntutan. Ia lebih memilih mengakhiri karier dengan kepala tegak. Sebelum kualitas dirinya benar-benar menurun di mata penonton.
Poirier mungkin tidak pernah menjadi juara undisputed. Namun warisannya jauh melampaui sabuk juara. Ia adalah lambang ketangguhan dan konsistensi dalam MMA modern. Banyak petarung muda menyebut Poirier sebagai panutan. Ia juga dikenal selalu sportif, bahkan usai kekalahan. Salah satu momen paling diingat adalah ketika ia mendonasikan sebagian honor pertandingan. Termasuk saat ia bertarung melawan McGregor dan mengalihkan dana untuk amal. Poirier menunjukkan bahwa keberanian tidak hanya terlihat dari pukulan. Tapi juga dari keputusan dan aksi nyata di luar arena.
Berbeda dengan beberapa petarung yang berkonflik dengan promotor, Poirier punya hubungan baik dengan UFC. Dana White sering menyatakan respek mendalam terhadapnya. Bahkan dalam beberapa wawancara, ia menyebut Poirier sebagai “fighter’s fighter.” Sosok yang mewakili apa arti sejati dari olahraga ini. Oleh karena itu, UFC ingin memberikan momen perpisahan yang bermakna. Poirier dinilai layak mendapatkan penghormatan setinggi-tingginya. Ia dianggap sebagai petarung yang berjuang bukan hanya untuk menang. Tapi juga untuk menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pertarungan.
Meski belum pensiun resmi, Poirier mulai berbicara soal rencana masa depan. Ia ingin lebih fokus pada keluarganya dan yayasan sosialnya. Selain itu, ia tertarik menjadi pelatih dan mentor bagi petarung muda. Dunia MMA masih akan melihat kehadiran Poirier meski tidak lagi bertarung. Ia juga membuka kemungkinan menjadi komentator atau analis. Dengan pengalaman yang luas, ia punya banyak hal untuk dibagikan. Komunitas MMA pasti akan tetap memberi ruang bagi sosok seperti dirinya. Karena kontribusinya tidak akan berhenti di dalam oktagon semata.